Suatu malam di ruang
satifa kelas utama RSU dr. Soeharno, dirawatlah pasien stroke bernama nyonya
icuk yang berusia 47 tahun, kondisi
nyonya icuk masih termasuk baik, karena meskipun stroke nyonya icuk masih dapat
berbicara dan hanya pada ekstremitas atas dan bawah saja yang mengalami
gangguan, nyonya icuk dirawat sudah 3 hari di rumah sakit tersebut, kebetulan
malam itu yang berjaga adalah perawat sari yang baru bekerja 1 bulan di rumah sakit
tersebut karena baru lulus dari jenjang pendidikanya. Berhubung malam itu sudah
sangat larut dan perawat sari merasa kelelahan maka terjadilah kejadian yang
tidak di inginkan.
Setelah melakukan
tindakan pemberian obat pada seluruh pasien di ruang satifa, perawat sari di
panggil untuk datang ke ruang utama kamar yaitu ruang nyonya icuk untuk
mengganti infus yang macet, dan disana hanya di tunggu oleh anak pasien yang
berusia 22 tahun yang bekerja sebaik seorang dokter di rumah sakit lain.
Perawat sari :
“(mengetuk pintu) permisi, selamat malam?”
anak pasien : “iya, selamat malam mbak”
Perawat sari :
“dengan nyonya icuk ya mbak?”
Anak
pasien : “iya mbak, ini lo mbak
infus ibu saya itu macet, terus tanganya juga bengkak mbak, di ganti di tangan
satunya saja ya mbak supaya tidak
semakin bengkak?”
Perawat
sari : “baik mbak, saya lepas dulu
ya infusnya? Dan saya pindah di tangan yang satu agar tidak bengkak semakin
besar”.
Anak
pasien : “ iya mbak, oh ya mbak
saya ada kepentingan sebentar, saya tinggal dulu ya (anak klien keluar dari
ruangan)”.
Setelah mendapat persetujuan
dari keluarga klien, akhirnya perawat sari mengganti infus pasien ke tangan
satunya, karena kesulitan memasang abokat,
perawat sari tidak memperhatikan adanya udara dalam slang infus klien.
Perawat sari :
“(mulai mencari pembuluh darah pasien sambil bersiap menusukan abokat) sebentar
ya ibuk, saya masukan jarumnya”.
Pasien : “iya mbak”.
Perawat sari: “sebentar ya ibuk, sedikit lagi selesai
(sudah memasukan abokat dan menyambungkan infus set dengan abokat)”.
Pasien : “ loh mbak, itu ada udaranya lo mbak
di dalam selang?, katanya itu bahaya lo mbak”
Perawat sari: “iya to bu? (merasa bingung),, tidak apa- apalah bu,
hanya 3 centi saja,, tidak masalah, lagian ini tadi sudah terlanjur masuk”.
Pasien : “nanti jika ada apa- apa bagaimana
mbak?”
Perawat sari: “ tidak- tidak mbak, tenang saja (bersikap
rada cuek karena klien bertanya terus menerus)”
Pasien
: “ ya sudah mbak kalo tidak
apa-apa, nanti kalau terjadi sesuatu saya aka memanggil mbak lagi”
Perawat
sari : “ baik ibu, saya permisi
dahulu (keluar dari ruang tersbut)”.
Ketika
sudah selesai tndakan yang dilakukan, datanglah anak pasien ke ruang perawatan
nyonya icuk, dan pasien menceritakan apa yang terjadi selama proses keperawatan
yang dilakukan perawat sari. Dan beberapa jam kemudian pasien mengalami EMBOLI.
Anak
pasien : “ owh ya mi, tadi
pasienya sudah mengganti infusnya ya mi?
Gimana sekarang mi? Gak sakit lagi kan tanganya?
Pasien : “ (berbicara dengan mulut tidak
simetris) iya, udah gak sakit kok nak tangan mami, tapi tadi itu perawatnyawaktu
masang infus mami gak memperhatikan ada udara masuk lo nak, padahal mami udah
kasih tau kalo ada udara masuk lewat slangnya”.
Anak
pasien : “ trus perawatnya gimana
mi? Di keluarkan apa tidak mi udaranya? (ekspresi kaget dan khawatir serta ingin
tau)”.
Pasien : “ kata perawatnya gak apa- apa gitu
lo nak, padahal mami udah bilang kalau bahaya”.
Anak
pasien : “kira- kira tadi erapa
panjang mi udaranya?”
Pasien : “kata perawatnya tadi hanya 3 centi
nak, katanya aman”.
Anak
pasien : “aduh mi, semoga aja mami
gak mengalami emboli ya mi? (khawatir)”
Pasien : “mami baik- baik aja kok nak
(menenangkan sang anak)”
Kemudian mereka berdua kembali bercengkrama dan
saling bercerita tentang kegiatan sehari ini yang sang anak lakukan, sampai
beberapa jam kemudian kondisi nyonya icuk semakin memburuk, nyonya icuk
mengalami sesak nafas, sakit pada dada,
pusing, detak jantung semakin cepat , berkeringat berlebihan dan kejang-
kejang serta tidak dapat berbicara.
Anak
pasien : “mi, mami kenapa mi? (melakukan
tindakan : memeriksa ttv dan pupil pasien serta berteriak memanggil perawat)Ya
Allah mami,, sus suster tolong kesini sus!”.
Perawat
jamal: “(datang kekamar nyonya icuk) mohon maaf ada apa mbak?”
Anak
pasien : “ini mas tolong, mami
saya kejang, tanda- tanda vitalnya juga turun, tolong mas amilkan spatel lidah
dan nasal kanul”.
Perawat
jamal: “(kembali ke ners station dan sesampainya di ners station perawat jamal
membangunkan perawat sari yang tertidur) heh bangun cepet kamu ke ruang nyoya
icuk, sekalian bawa spatel lidah dan nasal kanus, nyonya icuk mengalami kejang,
saya mau telfon dokter dulu”.
Perawat
sari : “(bangun dan bergegas ke
ruang nyonya icuk) permisi mbak, ini spatel lidahnya (memberikan pada anak
pasien kemudian memasang oksigen pada nyonya icuk).
Anak
pasien : “mbak, cepet mbak panggilkan
dokter spesialis mami saya, bila tidak segera di tangani nanti mami saya
semakin parah”.
Perawat
sari : “iya mbak, tadi sudah di
telfonkan oleh perawat jamal”.
Anak
pasien : “ini perlu tindakan cepat
lo mbak, mami saya sudah kejang seperti ini”
Perawat
sari : “iya mbak, mohon maaf, tapi
ini perawat jamal sedang memanggil dokter”.
Perawat jamal: “ (kembali ke kamar nyonya icuk untuk
memberikan injeksi antikoagulan) permisi mbak, saya beri
ibu mbak injeksi dulu ya mbak
agar pembekuan darahnyadapat di cegah”.
Anak pasien :
“obatnya apa mas itu?”
Perawat jamal:
“dokter memberi anvis untuk memberi injeksi obat aspirin ini mbak (melakukan injeksi iv
perselang pada nyonya icuk)”.
Anak pasien: “baik mas, terima kasih sepertinya
tanda- tanda emboli pada mami saya sudah membaik.”.
Kemudian perawat sari
dan perawat jamal kembali ke ners sation. Dan beruntung sekali, emboli yang
terjadi pada nyonya icuk sudah dapat di tangani, hanya saja untuk beberapa
waktu nyonya icuk tidak dapat berbicara.
Keesokan harinya, anak
pasien datang ke ners station untuk melaporkan tindakan perawat yang bertugas
pada sift malam kepada kepala ruang satifa.
Anak
pasien : “ (duduk di kursi
pengunjung) permisi bapak, mohon maaf saya ingin bertemu dengan kepala ruang
ini, apakah kepala ruangannya sudah datang pak?”
Kepala
ruang: “iya mbak ada yang bisa saya bantu? Kebetulan saya sendiri kepala
ruangan ini mbak”.
Anak
pasien : “begini pak sebelumnya
saya mau melaporkan tindakan yang dilakukan angota bapak, yang menurut saya itu
adalah tindakan mal praktek, beruntung mami saya dapat segera di tangani”.
Kepala
ruang: “mengenai masalah yang terjadi tadi malam, kami sudah melakukan teguran untuk prawat yang
bertugas tadi malam, dan saya pribadi meminta maaf yang sebesar- besarnya
kepada mbak dan keluarga mbak atas tindakan anggota saya”.
Anak
pasien: “untuk kali ini, saya dan keluarga belum membawa masalah ini pada jalur
hukum, dan hanya melaporkan kepada pihak direktur rumah sakit, namun apabila
terjadi sesuatu pada mami atau kondisi mami saya memburuk karena emboli, saya
tidak segan- segan membawa kasus ini ke jalur hukum”.
Kepala
ruang: “baik mbak, saya akan tegur anggota saya, dan kasus ini pun sudah di
tangani oleh pihak rumah sakit, dan perawat yang bersangkutan hari ini sudah
mendapatkan tindakan disiplin dari rumah sakit mbak, sekali lagi saya eminta
maaf yang sebesar- besarnya”.
Anak
pasien: “baiklah bapak, mungkin lebih baik sementara ini saya serahkan kepada
pihak rumah sakit untuk tindakan disiplin pada perawat yang bertugas tadi malam
(berdiri dari kursi dan berniat meninggalkan ners station) kalau begitu saya
permisi dulu pak”.
Kepala
ruang: “iya mbak, silahkan,, sebelumnya mohon maaf atas kesalahan yang di
lakukan oleh anggota saya”.
Dan akhirnya konflikpun
dapat terselesaikan dengan jalan negosiasi antara pihak rumah sakit dan
keluarga pasien, meskipun tidak sampai pada jalur hukum namun perawat sari
telah mendapat tindakan disiplin dari rumah sakit yaitu pencabutan STR selama
satu tahun yang otomatis untuk sementara waktu perawat sari tidak dapat
menjalankan profesinya.
Tokoh:
1. Nuzyunul
isnen riniati : Narator
2. Intan
indriana m. : Anak pasien
3. Lutfiani : Pasien (nyonya
icuk)
4. M.
Mubayyin Al- wahid : Perawat jamal dan
kepala ruang
5. Lutfi
zzah afifah m. : perawat sari
Alat:
1. Infus
set (1)
2. Abokat
(2)
3. Ampul
obat (1)
4. Tornoquet (1)
5. Plester
6. Guting
7. Perlak
8. Begkok
9. Spuit
10.
Spatel lidah
11.
Nasal kanul
12.
Tempat tidur
13.
Tiang infus
14.
Stetoskop
15.
Tensimeter