Suatu malam di ruang
satifa kelas utama RSU dr. Soeharno, dirawatlah pasien stroke bernama tuan tio,
tuan tio dirawat sudah 3 hari di rumah sakit tersebut, kebetulan malam itu yang
berjaga adalah perawat sari, yang baru bekerja 1 bulan di rumah sakit tersebut
karena baru lulus dari jenjang pendidikanya. Berhubung malam itu sudah sangat
larut dan perawat sari merasa kelelahan maka terjadilah kejadian yang tidak di
inginkan
Setelah melakukan
tindakan pemberian obat pada seluruh pasien di ruang satifa, perawat sari
datang ke ruang utama kamar tersebut yaitu ruang bapak tio untuk membenarkan
infus yang macet, dan disana hanya di tunggu oleh istri pasien yang berusia 30
tahun, karena belum waktunya jam jenguk dan anggota keluarga yang lain belum
datang.
Perawat sari :
“(mengetuk pintu) permisi, selamat malam?”
Istri pasien : “iya, selamat malam mbak”
Perawat sari :
“dengan bapak tio ya ibu?”
Istri
pasien :
“iya mbak, ini lo mbak infus anak suami itu macet, terus tanganya juga bengkak
mbak”
Perawat
sari : “baik ibuk, saya lepas dulu
ya infusnya? Dan saya pindah di tangan yang satu agar tidak bengkak semakin
besar”.
Istri
pasien :
“ iya mbak, di pindah saja”.
Setelah mendapat
persetujuan dari keluarga klien, akhirnya perawat sari mengganti infus pasien
ke tangan satunya, karena kesulitan memasang abokat, perawat sari tidak memperhatikan adanya udara
dalam slang infus klien.
Perawat sari :
“(mulai mencari pembuluh darah pasien sambil bersiap menusukan abokat) sebentar
ya bapak, saya masukan jarumnya”.
Pasien : “(mengedipkan mata tanda setuju).
Perawat sari :
“sebentar ya bapak, sedikit lagi selesai (sudah memasukan abokat dan
menyambungkan infus set dengan abokat)”.
Istri
klien :
“ loh mbak, itu ada udaranya lo mbak di dalam selang? Katanya berbahaya mbak?
Apa tidak apa- apa itu tadi mbak?”
Perawat sari :
“iya to bu? (merasa bingung),, tidak
apa- apalah bu, hanya 3 centi saja,, tidak masalah”.
Istri
klien :
“nanti jika ada apa- apa bagaimana mbak?”
Perawat sari :
“ tidak- tidak bu, tenang saja (bersikap rada cuek karena keluarga klien
bertanya terus menerus)”
Istri
klien :
“ ya sudah mbak kalo tidak apa-apa, nanti kalau terjadi sesuatu saya aka
memanggil mbak lagi”
Perawat
sari : “ baik ibu, saya permisi
dahulu (keluar dari ruang tersbut)”.
Ketika
sudah tiba jam jenguknya, datanglah adik pasien yang kebetulan seorang dokter
umum di rumah sakit berbeda, dan istri pasien menceritakan apa yang terjadi
selama dia menemani pasien. Dan saat itu juga pasien mengalami syok anafilaksis.
Adik
pasien : “(melakukan tindakan dan
menyuruh istri pasien untuk memanggil perawat) kak tolong cepat panggilkan
perawat yang bertugas malam ini, jika perlu semua perawat yang ada di ners
station”.
Istri
pasien : “ baik sebentar (berlari menuju
ners station). Mbak, mas, suami saya syok ( memanggil perawat jaga dengan
panik).
Perawat
jamal : “ iya ibu, ada apa? Jangan
panik ibuk, mohon bicara plan- pelan”.
Istri
pasien : “(panik) itu mas, suami saya syok
mas,, nadinya sulit teraba ..ini bagaimana mas nafasnya juga tersengal- sengal”
Perawat
jamal : “ baik ibuk, saya akan
kesana, sebelumnya saya telfon dokter dulu (membangunkan perawat sari yang
tertidur dan bergegas menelepon dokter)”.
Perawat
sari : “ ada apa mas ( kaget)”.
Perawat
jamal : “ saya telepone dokter dulu,
kamu segera ke ruang bapak tio di ruang utama, istrinya melaporkan tadi katanya
pasien syok”.
Perawat
sari : “baik (segera pergi tanpa
berfikir panjang)”.
Sesampainya
di kamar ruang tio, perawat sari merasa kebingungan dengan kondisi tuan tio dan
berfikir apa yang salah dengan tindakanya. Sebelum perawat sari menyadari
kesalahanya, adik pasien meminta perawat sari untuk menghubungi dokter.
Adik
pasien : “mbak, cepet mbak
panggilkan dokter spesialis kakak saya, bila tidak segera di tangani nanti
kakak saya semakin parah”.
Perawat
sari : “iya mbak, tadi sudah di
telfonkan oleh perawat jamal”.
Adik
pasien : “ini perlu tindakan
cepat lo mbak, kakak saya sudah syok seperti itu”
Perawat
sari : “iya mbak, mohon maaf, tapi
ini perawat jamal sedang memanggil dokter”.
Karena
keadaan malam hari dan dokter yang bertugas sulit di hubungi, maka pasien tio
akhirnya meninggal dunia. Dan terjadilah konflik yang lebih besar antara perawat sari dan keluarga pasien tio.
Istri
pasien : “(panik) dik, periksa nadi mas
tio dik,,, nadi mas tio sudah sulit diraba”
Adik
pasien : “(memeriksa nadi dan
tanda- tanda vtal pasien tio) ya allahhh mas tiooooo”.
Istri
pasien : “ada apa dik? Ada apa dengan mas
tio?”
Adik
pasien : “ kakak,, mas tio
meninggal kak (menangis). Cepat panggilkan dokter ( menyuruh perawat sari).
Perawat
sari : “ (masih dengan kondisi
panik dan bingung) iy,, iya mbak (bergegas pergi)”.
Perawat sari pergi ke
nurse station untuk menelephone dokter
pasien tio, namun tetap tidak dapat di hubungi. Hingga jenazah tuan tio telah
di siapkan untuk di pulangkan pagi harinya, dokter pasien tio belum dapat
dihubungi. Dan gugatan untuk perawat sari dari keluarga pasienpun terjadi pada
hari itu juga. Dan keluarga pasien tio
datang ke ners station ruang satifa.
Adik
pasien : “ (setelah datang ke
ruang direktur rumah sakit untuk melaporkan tindakan perawat sari yang di
anggap malpraktek, ) saya tadi sudah melaporkan tindakan malpraktik dari salah
satu perawat ruang ini ke direktur rumah sakit ini, jika hal ni tidak segera di
atasi saya akan melaporkan ke jalur hukum (marah)”
Kepala
ruang: “mohon maaf mbak, silahkan duduk dahulu, dan mari kita bicarakan baik-
baik mengenai masalah yangterjadi dengan salah satu anggota saya (menenangkan)”
Adik
pasien : “(duduk dengan kasar)
begini buk, saya tidak terima dengan tindakan yang dilakukan oleh anggota ibuk, saya menganggap tindakan
anggota anda adalah mal praktek, karena kakak saya sudah memperingatkan bahwa
ada udara di dalam selang infus kakak saya, tapi perawat itu mengatakan tidak apa-
apa,, dan sekarang kakak saya meninggal,, saya meminta keadilan bu”.
Kepala
ruang: “(menenangkan) baik mbak, saya sudah memberi teguran kepada anggota
saya, dan dari pihak rumah sakit juga sudah melakukan tindakan disiplin untuk
perawat yang melakukan kesalahan”.
Adik
pasien: “tapi saya menginginkan jalur hukum bu, ini sudah termasuk tindakan mal
praktik”.
Kepala
ruang: “ (menenangkan) sebagai kepala ruang, saya pribadi memohon maaf sebesar-
besarnya kepada keluarga mbak atas kesalahan yang di lakukakn oleh anggota
saya, dan untuk jalur hukum yang mbak
inginkan akan lebih baik jika mbak berbicara sendiri dengan perawat sari yang
malam itu bertugas, yangsaat ini sedang berada di ruang direktur”.
Adik
klien : “(masih marah) baik bu,
terimakasih”.
Dan akhirnya konflikpun berlanjut ke jalur hukum dan
operawat sari mendapat tindakan disiplin dari rumah sakit dengan pemecatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar